Badai

18 September 2020

        Pulau Aceh begitu mencekam hari ini. Sudah beberapa hari angin kencang dan hujan deras melanda. hari ini hari Jumat. Hujan deras mengguyur sejak pagi. Sampai-Sampai tidak bisa pergi untuk sholat Jumat di Masjid. Tidak ada tanda-tanda hujan reda. Sore hari begitu gelap. Menjelang Maghrib hujan semakin lebat disertai angin kencang. Atap rumah dinas sampai bergoyang-goyanag tersapu angin. menimbulkan suara yang tidak merdu sama sekali. Dalam hati ini terasa ciut, takut akan berbagai kemungkinan yang terjadi, atap rumah terbang misalnya. Ah..., betapa kecilnya kita sebagai manusia. Kekuatan alam sangat dahsyat, begitu dahsyat. 
        Menjelang Isya, terdengar suara angin yang semakin kencang. Dan..., datanglah sang angin disertai hujan yang lebih dahsyat dari sebelumnya.  Hati yang sudah ciut jadi semakin ciut. Rasa takut menggerayangi seluruh tubuh. Air hujan bahkan bisa masuk ke sela-sela pintu bagian bawah. 
         Angin datang dari arah Barat Daya. Kurang lebih 5 menit kami diterjang badai, seluruh Pulau Aceh. beberapa saat kemudian kami dapat kabar jika Banda Aceh pun mengalami hal yang sama. Angin disertai hujan yang sangat kencang. Betapa mengerikannya. 
        Pukul 21.00 hujan dan angin sudah mereda, namun alangkah kagetnya ketika kami mengetahui jika salah satu rumah dinas di lingkungan mess kami sudah terangkat atapnya. Baja ringan yang dipasang tak cukup kuat untuk melawan kekuatan badai yang menghampiri. 
          Pagi hari, ketika berselancar di dunia maya, kami mendapati fakta yang mencengangkan, puluhan rumah di Aceh Besar kehilangan atap gara-gara badai semalam. Beberapa pohon besar tumbang di jalan. Dari alam kita tersadar, bahwa ada kekuatan Maha Dahsyat yang ada di belakangnya. Dari alam kita belajar, bahwa sebagai manusia kita harus selalu rendah hati. Dari alam kita belajar sabar, bahwa badai pasti berlalu.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

MEMBANGUN KEBIASAAN MEMBACA SISWA

Sebuah wajah dlm gambar

Petrichor