The Champions......!!!



Akhirnya, setelah penantian panjang selama 45 tahun, Inter Milan mampu memboyong kembali Piala Champions ke Italia. Raihan gelar ini menambah koleksi Inter menjadi tiga kali juara Eropa. Prestasi ini menyamai rekor Barcelona dan Manchester United yang juga sama-sama meraih tiga gelar. Dan, lebih lengkap lagi karena la beneamata juga berhasil mempertahankan Scudetto dan merebut Coppa Italia setelah bersaing ketat dengan As Roma.
Kejeniusan Mourinho dan kedisiplinan punggawa Inter merupakan senjata ampuh pada musim ini. Kekompakan tim makin terlihat setelah ditinggal Ibrahimovic. Inter bukan lagi tim yang bergantung pada satu pemain. Milito, Sneijder, dan Eto’o memperlihatkan kualitas pemain dunia walaupun mereka baru bergabung musim ini. Mereka menjadi nyawa Inter dalam setiap pertandingan. Begitu juga Javier Zanetti, Walter Samuel, Stankovic, dan pemain lainnya. Mereka telah memperlihatkan mental juara.
Milito menjadi pahlawan Inter  dengan dua golnya ke gawang Munchen. Masing-masing di menit 35 dan 70. Ternyata ada mitos bahwa jika Milito mencetak gol, Inter tidak akan kalah. Dan, itu terbukti sampai saat ini.
Rekor baru juga dicapai Jose maurinho, the Special One menjadi pelatih ketiga yang meraih juara dengan dua klub berbeda. Gelar bersama Inter semakin menegaskan Mou sebagai pelatih jenius pada saat ini. Apalagi di final dia mampu mengalahkan gurunya, yaitu Louis Van Gaal.
Akhirnya Presiden Massimo Moratti mampu mewujudkan mimpinya sejak dulu, untuk membawa Inter juara. Rasa penasaran akhirnya hilang setelah sekian lama. Perlu diketahui bahwa Inter merupakan klub dengan komposisi pemain-pemain kelas dunia, tapi selalu kandas di Eropa. Paling tidak, Moratti sedikit bernafas lega karena investasinya pada musim ini tidak sia-sia.
Tapi, ada juga pihak-pihak sakit hati yang tidak suka melihat kesuksesan Inter pada musim ini. Mereka menyebut Inter sebagai pengecut, sepak bola negatif, sepak bola pragmatis yang lebih mengedepankan hasil daripada permainan indah. Tapi marilah kita melihat dari sudut pandang berbeda. Sugguh picik sekali jika kita hanya mengecam sebuah tim karena strateginya yang menurut kita salah. Seolah-olah hanya persepsi kita yang benar akan sebuah keindahan seni sepak bola. Bahwa, seni dalam sepak bola hanyalah menyerang dan menyerang.
Kita tahu bahwa Inter adalah sebuah tim dari Italia. Sejak dulu Italia terkenal karena strategi catenaccionya atau pertahanan gerendel. Inter menerapkan strategi itu demi meraih kemenangan. Apa yang salah? Apakah bertahan bukan sebuah seni dalam sepak bola? Mana mungkin lahir total football jika tidak ada catenaccio sebagai lawannya.
Apa ada yang menyalahkan jika tim yang berfilosofi menyerang seperti Barcelona memperagakan total footbal dan memasukkan lebih dari delapan gol ke kandang lawan? Tidak ada yang salah dengan pilihan. Hanya orang berpandangan sempit yang menganggap bahwa menyarangkan banyak gol ke gawang lawan adalah perbuatan tidak berperikebolaan yang mempermalukan tim lain. Begitu juga Inter. walaupun tidak menghibur, mereka menperlihatkan salah satu filosofi sepak bola yang menakjubkan, yaitu kerjasama tim untuk membuat lawan kerepotan menyarangkan gol dan melakukan serangan balik secara kilat. Inilah letak keindahannya.
Bagaimanapun juga Inter Milan tetaplah Inter Milan. Sang juara Champions League musim 2009/2010. Grazie Inter.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

MEMBANGUN KEBIASAAN MEMBACA SISWA

Sebuah wajah dlm gambar

Petrichor