Kamis 20 Mei 2010 (Antara Optimis dan Pesimis)



Masih ingat ketika tanggal itu saya melakukan praktek konseling Individu. Perasaan tegang dan nervous sudah pasti bergentayangan dalam pikiran. Mau bagaimana lagi. Apalagi ketika praktek, dosen sudah pasti melihat. Entah kenapa kalau dilihat orang lain jadi tidak konsentrasi. Sebenarnya berharap agar tidak “ndredeg” (bahasa Jawa untuk nervous). Tapi tetap tidak bisa.
Bismillah…..! hanya kata itu yang menjadi kekuatanku. Semua kuserahkan pada Allah. Aku berusaha sebaik mungkin. Masalah hasil, who knows? Hanya Allah yang menentukan.
Ternyata eh ternyata, lancar-lancar saja. Alhamdulillah. Tapi tetap saja ada beberapa kekurangan yang perlu dibenahi. Bu Retno Lukitaningsih, nama dosen saya. Biasa dipanggil Bunda atau Bu Retno saja. Beliau memberikan saran yang begitu berharga. Misalnya, gerakan seorang konselor tidak boleh kaku, tetap santai tapi tidak berlebihan. Jadi, image konselor di mata konseli tetap baik. Selain itu dalam mengimplementasikan strategi konseling, seorang konselor  tidak perlu memakai kata strategi tetapi, cukup memberikan pengertian pada konseli bahwa ada suatu cara atau alternatif bantuan untuk membantu memecahkan masalah mereka. Keluasan pengetahuan juga diperlukan bagi seorang konselor agar tidak kikuk saat konseling. Jadi, ada saja topik yang dibahas untuk menarik perhatian konseli. Sehingga, konseli bisa merasakan kenyamanan  tersendiri saat bersama konselor.
Akan tetapi, ada yang lebih menarik perhatian saya dari apa yang  telah disampaikan Bu Retno. Beliau berkata jika dalam keadaaan apapun kita harus selalu optimis. Terutama seorang konselor. Karena optimis dalam menghadapi siapapun konselinya adalah modal berharga bagi seorang konselor. Optimis mampu menghadirkan aura kemenangan dalam diri kita. Karena diri kita adalah apa yang kita pikirkan. Ketika kita berpikir bisa, pasti kita bisa.
Sebaliknya, cenderung pesimis atau berpikir negatif akan membawa dampak buruk bagi kita. Bagaimana mau berhasil jika sebelum mulai saja sudah berkata bahwa tidak mungkinlah, imposible-lah,  kayaknya sulit atau kata-kata bernada negatif lainnya.
Sebagai manusia, kita adalah produk ciptaan Allah yang sudah pasti berharga. Allah tidak akan menciptakan suatu yang sia-sia. Hidup ini terlalu singkat jka hanya diisi dengan pesimisme. Kita semua adalah juara yang dipertemukan dengan juara lain di dunia ini.
Mau pilih mana, Optimis atau Pesimis?

Komentar

Postingan populer dari blog ini

MEMBANGUN KEBIASAAN MEMBACA SISWA

Sebuah wajah dlm gambar

Petrichor